Minggu, 12 Februari 2017

EPW 2017, INI MENURUTKU, BAGAIMANA DENGANMU?

Engineering Physics Week (EPW) adalah event tahunan yang diadakan oleh mahasiswa Teknik Fisika. EPW adalah event terbesar kedua setelah ITS EXPO yang diadakan oleh ITS. Kali ini EPW 2017 adalah EPW yang kedelapan, dengan mengusung tema  “Let The Youth Take Action In Integrated Technology " kami berharap Engineering Physics Week dapat menjadi suatu wadah dalam membimbing pemuda Indonesia untuk menghadapi tantangan tantangan global khususnya tantangan perkembangan teknologi yang semakin kompleks. Dalam kegiatan ini EPW terdapat beberapa sub Event yaitu Engineering Physics Challenge (EPC) , Indonesian Line Tracer Competition (ILTC), Smart Innovation of Writing (SNOW), Snapshot dan EPW on Talk (EOT) 

Sebagai mahasiswa baru Teknik Fisika tentu saya harus berperan aktif dalam meyukseskan acara ini. Pada kesempatan tersebut saya diberi amanah sebagai panitia CloseUp, divisi mengatur bagaimana konsep dan jalannya kegiatan opening dan closing. Sedikit flashback pada EPW 2017 kemarin, pertama saat opening, kami buka acara ini dengan penampilan band angkatan 2016, sambutan ketua jurusan, penampilan kluntung dan terakhir showoff angkatan, ohh iya ada juga PSM ITS lhoo..

Pada closing, kami tutup dengan sub event yang nama EPW on Talk, disini kami mengundang beberapa pembicara yaitu dari kementian ESDM,perwakilan dari pemerintah Provinsi Jawa Timur,  dari pemkot kota Surabaya, dan dari pihak pertamina. Selain itu juga ada beberpa bintang tamu yang mengisi penutupan EPW 2017 tersebut.

Saya rasa cukup flash back mengenai EPW 2017, lalu bagaimana EPW menurut saya????
Bagi saya EPW bukan hanya sekedar acara yang ingin mencari benefit semata, bukan hanya kegiatan untuk arogansi event jurusan namun dibalik itu semua ada harapan besar yang begitu mulia dengan adanya EPW ini yaitu memajukan pendidikan di Indonesia, dan menumbuhkan minat pelajar di Indonesia untuk terus berkompetisi menjadi yang terbaik.


Tidak hanya itu dengan adanya EPW, saya selaku mahasiswa baru mendapat beribu pengalaman yang luar biasa seperti bagaimana cara melobby petinggi-petinggi, bagaiman cara kita bekerja secara profesioanal, bagaimana cara kita ketika dihadapkan dengan keadaan myang mendesak. Disini kami banyak sekali belajar, terlebih lagi dengan kegiatan ini membuat kita lebih mengenal teman satu angkatan bahkan dengan  senior senior kita. Buat EPW 2017 makasih atas  pengalamannya, ini sangat berharga, samapai jumpa di EPW 2018 J

SOSOK PANUTAN HIDUPKU


Berbicara masalah sosok panutan, ada banyak sekali orang orang yang saya jadikan sebagai panutan, mengapa? Karena saya pikir belajar dari satu orang itu tidak cukup agar diri kita menjadi terus yang lebih baik. Sebagia seorang muslim tentu sosok yang wajib kita panuti yaitu Nabi Muhammad SAW, sosok yang begitu mulia, sungguh saya ingin sekali memiliki iman dan keteguhan hati seperti beliau namun apalah daya beliau seorang nabi mungkin tak akan sama tapi setidaknya jika kita mau kita bisa mengikutinyaJ

Sosok lain yang cukup saya kagumi yaitu Merry Riana, sosok perempuan tangguh, dengan semagat yang luar biasa. Bagaimana dia bangkit dari keterpurukannya terus berusa hingga akhirnya dia sukses dan saat ini beliau menikmati kesuksesan atas apa yang telah ia lakukan sebelumnya. Selain itu saja juga ingin menjadi sesosok motivator seperti beliah, bagaimana hidupnya menginspirasi banyak orang seperti saya.

Dan yang terakhir yang sangat saya panuti adalah orang tua saya. Saya sangat paham bagaimana ketika orang tua saya tetap tersenyum di depan kami walau saat itu beliau sedang dalam masalah. Bagaimana beliau selalu menyemangati kami saat kami sedang bosan. Bagaimana beliah sat menghawatirkan kami saat kami sedang dalam keadaan yang kurang baik dan sedang tidak bersamanya.

Makasih pak buk J ILOVEYOUJ

Jumat, 10 Februari 2017

POTENSI DIRI!!!! :_


Sebelum  berbicara tentang potensi diri yang saya miliki, mungkin akan lebih baik jika kita mengetahui makna dari potensi diri itu sendiri, banyak sekali penafsiran seseorang akan makna potensi diri, namun pada intinya potensi diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang masih terpendam dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan jika didukung dengan latihan dan sarana yang memadai.

Berbicara mengenai potensi diri, hal yang akan muncul di pikiran saya adalah pengakuan akan diri yang bersifat subjektif dan mungkin terasa berlebihan atau cenderung dipaksakan untuk diakui secara jujur.  Terutama jika dikaitkan dengan konteks kemahasiswaan yang notabene status itu baru saya sandang dalam kurun waktu tidak lebih dari setengah tahun. Kekhawatiran yang muncul di benak saya saat ini adalah jangan-jangan label “mahasiswa” yang kini melekat pada diri saya hanya karena faktor keberhasilan atau bahkan hanya sebuah keberuntungan tanpa memahami atau bahkan hanya sedikit mengetahui arti dan esensi menjadi mahasiswa seutuhnya. Oleh karena itu, tulisan ini hanya memuat uraian potensi diri dari kaca seorang lulusan SMA yang sedang mencari esensi status yang baru disandangnya.
Saya Livia Lina, genap berumur sembilan belas tahun beberapa hari lagi, saya rasa ini adalah waktu yang sangat cukup untuk saya mengenali potensi diri yang saya miliki, namun entah mengapa, bahkan sampai saat ini saya belum benar benar memahami diri saya seutuhnya. Namun bersadarkan suatu teori, saya mempunyai gaya pribadi introvertsensing, thinking, dan perceiving. Itulah sedikit gambaran mengenai diri saya yang setidaknya dapat menjadi pengantar jika ditanya mengenai potensi yang terdapat dalam diri.
Introvert, ya benar saya adalah pribadi yang cenderung  tenang dan pendiam. Saya umumnya lebih suka berinteraksi intensif hanya dengan beberapa teman dekat daripada dengan memilih dengan banyak orang, saya harus  mengeluarkan energi  dan keberanian dalam situasi sosial, dan memperoleh energi saat menyendiri.
Sensing, saya adalah cenderung lebih menyukai hal konkret daripada abstrak. Saya memusatkan perhatian pada detail daripada gambaran besar, dan realitas langsung daripada kemungkinan masa depan. Atau lebih tepatnya saya suka dengan situsasi yang mengkuti arus.
Thinking , sikap saya cenderung lebih menilai berdasarkan kriteria obyektif daripada kriteria pribadi. Ketika membuat keputusan, umumnya memberikan bobot yang lebih pada logika daripada pertimbangan sosial.
Dan yang terakhir perceiving, saya enderung menahan pendapat dan menunda keputusan, lebih memilih untuk “menjaga pilihan mereka tetap terbuka” sehingga dapat berubah sesuai kondisi, lebih tepatnya saya kurang berani dalam mengambil keputusan. Mungkin itu saja tentang sedikit potensi dan kepribadian saya.
Adapun konteks mahasiswa yang bertugas untuk mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat serta kedudukan mahasiswa sebagai pemuda setidaknya menjadi penyemangat tersendiri untuk menyesuaikan dan memperbaiki diri dengan “mahasiswa” sebagai label baru dan dengan strategi “memaksa” dan kontinyu. Saya meyakini bahwa sebuah kebaikan yang total dan dilandasi keikhlasan harus dimulai dengan paksaan dan dilakukan secara berkesinambungan. Dari potensi yang sudah saya uraikan tersebut, diharapkan menjadi modal awal dalam menjawab tantangan sebagai mahasiswa yang militan, tidak hanya di bidang akademis (baca: Teknik Fisika), tetapi juga nonakademis, penyeru pada kebaikan dan berkontribusi secara nyata.