Sebelum berbicara tentang potensi diri yang saya miliki, mungkin akan lebih baik jika kita mengetahui makna dari potensi diri itu sendiri, banyak sekali penafsiran seseorang akan makna potensi diri, namun pada intinya potensi diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang masih terpendam dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan jika didukung dengan latihan dan sarana yang memadai.
Berbicara mengenai
potensi diri, hal yang akan muncul di pikiran saya adalah pengakuan akan diri
yang bersifat subjektif dan mungkin terasa berlebihan atau cenderung dipaksakan
untuk diakui secara jujur. Terutama jika dikaitkan dengan konteks
kemahasiswaan yang notabene status itu baru saya sandang dalam kurun waktu
tidak lebih dari setengah tahun. Kekhawatiran yang muncul di benak saya saat
ini adalah jangan-jangan label “mahasiswa” yang kini melekat pada diri saya
hanya karena faktor keberhasilan atau bahkan hanya sebuah keberuntungan tanpa
memahami atau bahkan hanya sedikit mengetahui arti dan esensi menjadi mahasiswa
seutuhnya. Oleh karena itu, tulisan ini hanya memuat uraian potensi diri dari
kaca seorang lulusan SMA yang sedang mencari esensi status yang baru
disandangnya.
Saya Livia Lina, genap berumur sembilan belas tahun beberapa hari
lagi, saya rasa ini adalah waktu yang sangat cukup untuk saya mengenali potensi
diri yang saya miliki, namun entah mengapa, bahkan sampai saat ini saya belum
benar benar memahami diri saya seutuhnya. Namun bersadarkan suatu teori, saya
mempunyai gaya pribadi introvert, sensing, thinking, dan perceiving.
Itulah sedikit gambaran mengenai diri saya yang setidaknya dapat menjadi
pengantar jika ditanya mengenai potensi yang terdapat dalam diri.
Introvert, ya benar saya adalah pribadi yang cenderung
tenang dan pendiam. Saya umumnya lebih suka berinteraksi intensif hanya
dengan beberapa teman dekat daripada dengan memilih dengan banyak orang, saya
harus mengeluarkan energi dan keberanian dalam situasi sosial, dan
memperoleh energi saat menyendiri.
Sensing, saya adalah cenderung lebih menyukai hal konkret daripada
abstrak. Saya memusatkan perhatian pada detail daripada gambaran besar, dan
realitas langsung daripada kemungkinan masa depan. Atau lebih tepatnya saya
suka dengan situsasi yang mengkuti arus.
Thinking , sikap saya cenderung lebih menilai
berdasarkan kriteria obyektif daripada kriteria pribadi. Ketika membuat
keputusan, umumnya memberikan bobot yang lebih pada logika daripada
pertimbangan sosial.
Dan yang terakhir perceiving, saya enderung
menahan pendapat dan menunda keputusan, lebih memilih untuk “menjaga pilihan
mereka tetap terbuka” sehingga dapat berubah sesuai kondisi, lebih tepatnya
saya kurang berani dalam mengambil keputusan. Mungkin itu saja tentang sedikit
potensi dan kepribadian saya.
Adapun konteks mahasiswa yang bertugas untuk mengamalkan Tri
Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian
Masyarakat serta kedudukan mahasiswa sebagai pemuda setidaknya menjadi
penyemangat tersendiri untuk menyesuaikan dan memperbaiki diri dengan
“mahasiswa” sebagai label baru dan dengan strategi “memaksa” dan kontinyu. Saya
meyakini bahwa sebuah kebaikan yang total dan dilandasi keikhlasan harus
dimulai dengan paksaan dan dilakukan secara berkesinambungan. Dari potensi yang
sudah saya uraikan tersebut, diharapkan menjadi modal awal dalam menjawab
tantangan sebagai mahasiswa yang militan, tidak hanya di bidang akademis (baca:
Teknik Fisika), tetapi juga nonakademis, penyeru pada kebaikan dan
berkontribusi secara nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar